Ekspor kerajinan perak ke Eropa terus melonjak dari tahun
ke tahun, utamanya pada setiap akhir tahun. Pasalnya mendekati Tahun Baru,
permintaan berbagai jenis, baik perhiasan maupun barang pajangan dari kerajinan
perak terus meningkat. Hal itulah yang terus memacu masyarakat Kota Gede untuk
terus mengembangkan kerajinan perak.
Kerajinan ini, menurut sejarahnya, berkembang sebagai
warisan para abdi dalem yang ahli membuat berbagai barang kebutuhan istana
kerajaan Mataram di zaman dulu. Awalnya kerajinan ini melahirkan berbagai benda
seni termasuk perhiasan dari emas, tembaga, dan perak. Ketika kerajaan Mataram
pecah menjadi dua, para abdi dalem yang ahli membuat perhiasan tersebut tetap
tinggal di wilayah ini. Hal itu bisa kita kenali pula dari nama-nama dusun yang
ada di Kota Gede. Ada yang bernama Kampung Krintenan (yaitu tempat orang-orang
pembuat perhiasan dari emas) dan Kampung Sayangan (yaitu tempat orang-orang
membuat kerajinan dari tembaga).
Ketiga jenis kerajinan tersebut terus diwarisi oleh anak
cucu keturunan para pengrajin zaman kerajaan Mataram dahulu. Tetapi pada
perkembangannya, perhiasan perak lebih diminati oleh masyarakat. Tak aneh bila
perkembangan kerajinan perak inilah yang tetap maju pesat hingga sekarang. Dan
selanjutnya para pengrajin perak itu mengembangkan berbagai kreativitasnya
dengan mengadaptasi bentuk kerajinan lainnya. Sampai kini pun kita masih dapat
menjumpai berbagai jenis kerajinan perak yang dihasilkan di Kotagede ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar